Memiliki kreativitas tinggi dan berinovasi bagi para pelaku usaha di
industri kreatif sudah menjadi keharusan agar produknya bisa terus
diterima pasar. Begitupula yang dilakukan para perajin seni lukis lewat
media kaca atau yang biasa disebut glass painting. Mereka harus bisa
menciptakan motif-motif baru dalam produknya dalam kurun waktu tertentu.
Salah satu seniman glass painting yang menggeluti bisnis ini adalah
Ratna Miranti dari Bandung, Jawa Barat. Dia bilang, untuk dapat terus
bertahan di tengah pelaku usaha lukisan kaca yang makin bertambah
jumlahnya, dia rajin membuat kreasi motif baru dan juga mengembangkan
teknik produksi.
Ratna banyak mendapatkan inspirasi dari motif-motif kain batik khas
Indonesia. Sebab, motif-motif batik memiliki nilai seni yang tinggi
serta banyak diminati konsumen. Selain itu, dia juga banyak mencari ide
dari lingkungan dan alam sekitar untuk mendapatkan motif-motif yang bisa
diaplikasikan di media kaca. "Teknik mengulas cat di kaca pun ada
cara-cara tertentu agar hasilnya lebih rapi," kata dia.
Wanita berambut pendek ini sudah cukup lama menekuni bisnis ini,
yaitu sejak tahun 2009. Berawal dari kesalahan membeli jenis cat, Ratna
akhirnya menemukan ketertarikan di usaha ini. Harusnya saya beli cat
untuk kain tapi waktu itu saya beli cat untuk kaca, kata dia.
Media kaca yang pertama dia gunakan adalah botol. Kebetulan saat itu
mendekati perayaan Natal, sehingga banyak teman-temannya yang tertarik
dan meminta dibuatkan, tetapi dengan media stoples. Darisitu bisnisnya
terus berkembang. Lewat brand Meerakatja, Ratna dapat memproduksi
sekitar 200 hingga 300 botol berlukis setiap bulan.
Karena telah cukup lama berkecimpung di bisnis ini, produknya sudah
cukup terkenal. Tidak jarang dia mendapatkan pesanan dalam jumlah besar
hingga lebih dari 1.000 botol lukis. Konsumennya cukup beragamm, mulai
dari perorangan hingga korporasi. Dia juga sempat menjalin kerjasama
dengan produsen minuman ringan Coca Cola. "Banyak juga yang memesan
sebagai suvenir pernikahan," kata Ratna.
Perajin glass painting lainnya adalah Laksmiwati Etty di Sidoarjo,
Jawa Timur. Pemilik Alia Kraft Glass Painting ini awalnya ia memang hobi
untuk membuat suvenir buatan tangan dengan mencoba-coba dari kaca. Ia
suka melukis gambar bunga-bunga di media kaca sebagai pajangan untuk
mempercantik ruangan rumah.
Laksmiwati juga seorang penulis buku-buku keterampilan seperti Kreasi
Bunga dari Biji, Glass Painting, Modern Patchwork, Kriya Kertas Semen,
Art Painting, dan Gift Box. Ia sudah sejak lama suka membuat kreasi
produk buatan tangan. Namun sejak tahun 2009, ia mulai fokus untuk
membuat kerajinan glass painting.
Banyak penjiplakan
Laksmiwati dan empat orang karyawannya membuat lukisan kaca di atas
berbagai media seperti gelas, vas bunga, guci, stoples kaca, lampu,
tempat permen kaca, piring kaligrafi, dan benda dari kaca lain. Namun
yang paling laris hingga saat ini adalah di gelas lukis. "Gelasnya bukan
untuk minum, tapi untuk pajangan saja. Kecuali stoples kaca untuk
tempat kue, " kata Laksmiwati.
Untuk gelas pajangan, Laksmi bisa menghasilkan 50 gelas per hari.
Sedangkan untuk media di vas bunga atau guci besar dia hanya bisa
memproduksi satu produk per hari.
Harganya bervariasi tergantung ukuran dan tingkat kesulitan. Untuk
suvenir pernikahan, gelas-gelas pajangan dihargai Rp 15.000â25.000 per
buah. Sedangkan media lain seperti lampu, guci, vas bunga, kisaran
harganya Rp 100.000-Rp 1 juta per buah. "Omzet yang saya dapat sekitar
Rp 20 juta per bulan," kata Laksmiwati.
Sementara, Ratna dari bisnis ini bisa mendapatkan omzet hingga Rp 30
juta tiap bulan. Dia membandrol harga produknya mulai dari Rp 25.000
hingga Rp 3 juta per botol. Wanita lulusan Institut Teknologi Bandung
(ITB) ini mengatakan, harga jual cukup tinggi karena proses
pembuatannya semua masih menggunakan tangan alias manual.
Keuntungan bersih yang didapat Ratna cukup besar, sekitar 50% dari
omzet. Avrin Yusmindar, perajin lukisan media kaca dari Bali, bilang,
konsumennya berasal dari berbagai daerah di Indonesia. Selain itu, dia
juga kerap mendapatkan pesanan dari luar negeri seperti Singapura dan
Malaysia.
Avrin memproduksi gelas lukis dari yang berukuran kecil hingga
stoples ukuran besar. Ada dua jenis cat yang dia gunakan yaitu cat biasa
dengan daya tahan yang tidak terlalu lama dan cat khusus yang
permanen untuk kaca. Sehingga, penggunaan cat dia sesuaikan dengan
permintaan. Jika ada pesanan suvenir pernikahan, dia menggunakan cat
biasa sehingga harga jualnya lebih murah.
Produk yang dilukis dengan cat biasa dibanderol mulai harga Rp
10.000âRp 100.000 per unit. Sedangkan produk yang menggunakan cat
permanen dijual berkisar Rp 50.000âRp 400.000 per unit. "Harga
tergantung ukuran dan motifnya," kata dia.
Setiap bulan, Avrin bisa memproduksi 500 sampai 2.000 gelas lukis.
Disamping memproduksi gelas painting, Avrin juga menjual beraneka ragam
produk aromaterapi. Dari kedua usahanya tersebut ia bisa meraup omzet
rata-rata Rp 20 jutaan setiap bulan.
Kendati bisnis gelas lukis sudah berkembang lama, namun Avrin melihat
bahwa peluang bisnis ini masih tetap ada. Ia bilang, gelas-gelas lukis
masih disukai banyak orang terutama oleh mereka yang mencintai seni.
Untuk tetap dapat berkembang, Avrin mengaku banyak mengembangkan
motif-motif baru agar orang tetap tertarik. Selain itu, ia juga
memberikan pelayanan yang baik bagi konsumennya.
Ratna bilang, bisnis ini memiliki kendala terbesar yakni penjiplakan
karya motif. Tidak sedikit perajin produk sejenis yang sengaja menjiplak
kreasi orang lain untuk produknya. Karena sekarang sudah banyak
pelatihan untuk melukis di atas kaca. "Meski begitu, bisnis ini cukup
menjanjikan ke depannya bila terus ditekuni," ujar Ratna.
Banyak cara bagi para perajin glass painting untuk memasarkan
produknya. Seperti Ratna Miranti, pemilik Meerakatja Glass Art, dia
rajin mengikuti pameran dan bazaar.
Dari sanalah, Ratna mendapatkan banyak pelanggan.Selain itu Ratna,
juga menggunakan media digital seperti website, Facebook, Twitter dan
lainnya. Dia mengaku, pelanggan yang memesan dalam jumlah besar
umumnya dia dapatkan dari media digital. âKarena banyak orang yang
browsing internet untuk cari barang untuk suvenir, jelasnya.
Laksmiwati Etty, pemilik Alia Kraft Glass Painting pun menggunakan
berbagai media sosial untuk berpromosi. Selain itu dia juga aktif ikut
pameran yang biasa diadakan Kementerian Koperasi dan UMKM atau
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.
Agar produknya terlihat unik, Ratna gemar mengumpulkan botol bekas
minuman sebagai media untuk melukis. Dia tidak akan sungkan-sungkan
untuk meminta botol dari teman-temannya. Kebanyakan botol yang dia minta
adalah botol wine dan botol minuman alkohol lainnya. âSaya biasanya
juga sering mencari botol kaca untuk minuman yang unik,â katanya.
Tetapi, untuk pesanan dengan jumlah banyak, selama ini Ratna
mempunyai pemasok langganan. Sedangkan Laksmiwati mengambil bahan
bakunya dari Kedawung, Jawa Barat. Sedangkan untuk suvenir kelas
premium, Laksmiwati sendiri yang memburu gelasnya dari berbagai daerah.
"Kalau sedang pergi ke salah satu kota, biasanya saya suka mencari
gelas, lampu, atau vas untuk bisa dijadikan karya selanutnya. Tapi kalau
gelas yang kecil-kecil biasanya pesan saja, " kata Laksmiwati.
Pemesanannya pun tidak bisa diprediksi, kadang dalam sebulan
Laksmiwati bisa memesan 5.000 gelas, atau bisa juga hanya 2.000 gelas.
Dia juga kerap mengumpulkan botol-botol minuman yang terbuat dari kaca,
botol parfum bekas, serta lampu-lampu kaca bekas. Dengan begitu para
perjain glass painting ini juga ikut mendaur ulang sampah.
0 komentar:
Posting Komentar