Melihat banyaknya kaum marginal di Jakarta, Alia Noor Anoviar
tergerak melakukan perubahan. Dia lalu menggagas program pemberdayaan
masyarakat bernama Dreamdelion Community Empowerment (DCE).
DCE merupakan komunitas bisnis sosial yang didirikan pada 18 Juli
2012. "Saya memiliki tekad dan niat untuk mengembangkan anak-anak dan
masyarakat yang tinggal di daerah marginal agar bisa berubah lebih
terampil dan lebih terdidik," kata wanita kelahiran 13 agustus 1991.
Alia sebelumnya pernah belajar tentang bisnis sosial dalam program
pertukaran mahasiswa selama empat bulan di Thailand. Sepulang dari
Thailand, alumni Universitas Indonesia (UI) 2009 ini bertekad untuk
mempraktikkan bekal ilmu yang diperolehnya itu.
DCE terdiri sanggar belajar Dreamdelion, taman baca Dreamdelion,
parenting program, dan beasiswa Dreamdelion yang berkolaborasi dengan
Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) di luar negeri.
Selain itu, ada juga program Dreamdelion Kreatif dimana kegiatannya
melibatkan masyarakat marginal untuk membuat suatu produk kreatif yang
nantinya bisa dijadikan sebagai mata pencaharian.
Kebanyakan pesertanya perempuan berusia produktif yang tidak memiliki
pekerjaan. Sebelum menjalankan bisnis sosial tersebut, Dreamdelion
telah melakukan sosial mapping dahulu untuk memahami permasalahan
masyarakat lalu menyesuaikan solusi melalui bisnis sosial yang akan
ditawarkan kepada masyarakat tersebut.
Kelas kerajinan ini pertama kali diselenggarakan di RW 04 Manggarai
Utara, Jakarta Selatan. Selanjutnya, program ini rutin di dilaksanakan.
Pernah di kampus UI Depok, Kandank Jurank Doank Tangerang, Buddha Dharma
Indonesia, dan Bogor.
Selain kelas langsung, pelatihan kerajinan juga diselenggarakan
melalui media online. Untuk
menggalang dana kegiatan, Alia menjalin kerjasama eksternal dengan
sponsor. Antara lain pernah bekerjasama dengan Dompet Dhuafa dan PKPU.
Hingga saat ini, sudah banyak produk yang dihasilkan dan dipasarkan
oleh Dreamdelion, seperti bros, boneka flanel, boneka wisuda, gantungan
kunci, aksesori, dan sovenir lainnya. Aneka produk itu bahkan ada yang
sudah diekspor, dengan omzet sekitar Rp 40 juta per bulan.
Dari Jakarta, Alia juga membidik kota-kota lain yang masih terdapat
anak-anak dan masyarakat marginal. Antara lain di Ngawi, Yogya, dan
Garut. Jumlah murid Dreamdelion bervariasi. Di Jakarta sendiri ada 60
anak, sementara di Yogya 25 anak. Sementara masyarakat yang mengikuti
program ini sudah ratusan orang.
0 komentar:
Posting Komentar