Laman

Jumat, 05 Desember 2014

Ekonomi Kreatif Berdayakan Kaum Marginal

Mencari Dana Segar
Melihat banyaknya kaum marginal di Jakarta, Alia Noor Anoviar tergerak melakukan perubahan. Dia lalu menggagas program pemberdayaan masyarakat bernama Dreamdelion Community Empowerment (DCE).

DCE merupakan komunitas bisnis sosial yang didirikan pada 18 Juli 2012. "Saya memiliki tekad dan niat untuk mengembangkan anak-anak dan masyarakat yang tinggal di daerah marginal agar bisa berubah lebih terampil dan lebih terdidik," kata wanita kelahiran 13 agustus 1991.

Alia sebelumnya pernah belajar tentang bisnis sosial dalam program pertukaran mahasiswa selama empat bulan di Thailand. Sepulang dari Thailand, alumni Universitas Indonesia (UI) 2009 ini bertekad untuk mempraktikkan bekal ilmu yang diperolehnya itu.

DCE terdiri sanggar belajar Dreamdelion, taman baca Dreamdelion, parenting program, dan beasiswa Dreamdelion yang berkolaborasi dengan Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) di luar negeri.

Selain itu, ada juga program Dreamdelion Kreatif dimana kegiatannya melibatkan masyarakat marginal untuk membuat suatu produk kreatif yang nantinya bisa dijadikan sebagai mata pencaharian.

Kebanyakan pesertanya perempuan berusia produktif yang tidak memiliki pekerjaan. Sebelum menjalankan bisnis sosial tersebut, Dreamdelion telah melakukan sosial mapping dahulu untuk memahami permasalahan masyarakat lalu menyesuaikan solusi melalui bisnis sosial yang akan ditawarkan kepada masyarakat tersebut.

Kelas kerajinan ini pertama kali diselenggarakan di RW 04 Manggarai Utara, Jakarta Selatan. Selanjutnya, program ini rutin di dilaksanakan. Pernah di kampus UI Depok, Kandank Jurank Doank Tangerang, Buddha Dharma Indonesia, dan Bogor.

Selain kelas langsung, pelatihan kerajinan juga diselenggarakan melalui media online. Untuk menggalang dana kegiatan, Alia menjalin kerjasama eksternal dengan sponsor. Antara lain pernah bekerjasama dengan Dompet Dhuafa dan PKPU.

Hingga saat ini, sudah banyak produk yang dihasilkan dan dipasarkan oleh Dreamdelion, seperti bros, boneka flanel, boneka wisuda, gantungan kunci, aksesori, dan sovenir lainnya. Aneka produk itu bahkan ada yang sudah diekspor, dengan omzet sekitar Rp 40 juta per bulan.

Dari Jakarta, Alia juga membidik kota-kota lain yang masih terdapat anak-anak dan masyarakat marginal. Antara lain di Ngawi, Yogya, dan Garut. Jumlah murid Dreamdelion bervariasi. Di Jakarta sendiri ada 60 anak, sementara di Yogya 25 anak. Sementara masyarakat yang mengikuti program ini sudah ratusan orang.   

0 komentar:

Posting Komentar

sealkazzsoftware.blogspot.com resepkuekeringku.com