Anak bagaikan intan permata bagi kedua orangtuanya. Jika diasah
secantik mungkin, nilainya pun menjadi tiada tara. Tak heran, jika
kebanyakan orangtua akan memberikan segala sesuatunya sebaik mungkin,
demi masa depan si buah hati.
Mereka akan mengajak sang anak untuk mengikuti berbagai aktivitas
yang menyenangkan sedini mungkin. Sebab, kegiatan menyenangkan inilah
yang menjadi perangsang bagi tumbuh kembang anak, tak terkecuali
kegiatan memasak.
Menurut Joyce Thedjasurya, pendiri Koki Kecilku, aktivitas memasak
bagi anak-anak bisa menstimulasi hampir semua aspek, baik motorik dan
kognitif, yang mendukung tumbuh kembang anak. “Misalnya, koordinasi mata
dan tangan saat memotong bahan-bahan yang kecil. Kreativitas dengan
menghias. Atau, matematika saat menimbang atau menjumlahkan dan
lainnya,” ujar Joyce.
Apalagi, memasak merupakan hal yang menyenangkan bagi anak-anak.
Mereka bisa mendapat pengalaman dan pencapaian baru dengan masakan yang
dibuat. “Pencapaian ini bisa meningkatkan rasa percaya diri si anak,
yang akan berdampak terhadap kehidupan sehari-hari,” tutur Joyce.
Lantaran tertarik dengan hal-hal yang berkaitan dengan tumbuh kembang
anak, Joyce menyelenggarakan kelas memasak bagi anak-anak. Awalnya, dia
menggandeng kerjasama dengan klinik tumbuh kembang anak di Serpong,
Tangerang, karena memiliki fokus dan tujuan yang sama untuk anak-anak.
Dia pun membangun dapur Koki Kecilku menjadi bagian dari klinik tersebut
pada 2012.
Kini, Joyce sudah membuka kelas Koki Kecilku di sejumlah tempat di
Jakarta. “Kami juga menerima permintaan dari sekolah atau kelompok
bermain di Jakarta,” kata dia.
Koki Kecilku menyelenggarakan kelas memasak khusus untuk anak-anak,
dari rentang usia 3 tahun hingga 12 tahun. Joyce membagi dua level kelas
kursus memasak berdasarkan umurnya, yakni untuk umur 3 tahun–5 tahun
dan 6 tahun–12 tahun, agar setiap anak mendapatkan stimulasi sesuai
dengan tumbuh kembangnya.
Karena itu, Joyce juga menyusun kurikulum kelas memasak agar setiap
kegiatan sesuai dengan kebutuhan anak. “Kurikulum tumbuh kembang inilah
yang menjadi nilai lebih usaha kami,” ujar dia. Selain itu, Koki Kecilku
menawarkan berbagai variasi menu yang diajarkan, mulai menu masakan
khas Italia, Prancis, Jerman, hingga Amerika Serikat.
Tentu saja, semua kegiatan memasak dan bahan-bahan yang diolah
disesuaikan dengan kemampuan dan kapasitas anak-anak. “Misalnya,
memotong bawang bombai. Kami sudah mengiris dalam bentuk panjang,
anak-anak tinggal memotongnya menjadi bentuk yang lebih kecil,” ujar
dia.
Dalam setiap kelasnya, Koki Kecilku membatasi peserta hanya 10 anak,
dengan pengawasan dua orang instruktur. Ini dilakukan supaya instruktur
bisa memberikan perhatian penuh.
Dari sejak berdiri hingga saat ini, sudah lebih dari 300 anak yang
menjadi member Koki Kecilku. Namun, rata-rata siswa yang aktif mengikuti
kursus berkisar 50 anak setiap bulan. Biaya kursus memasak untuk tiap
anak adalah Rp 600.000 per modul. Setiap modul terdiri dari empat
pertemuan dalam sebulan, dengan uang pendaftaran (membership) berkisar Rp 150.000–Rp 350.000.
Tak jauh berbeda, lantaran punya kepedulian terhadap perkembangan
kemandirian anak, Fuji Astuty mendirikan Dapur Anak pada 2008. Fuji yang
pernah bekerja di salah satu hotel berbintang lima di Jakarta ini
memang mencium adanya peluang untuk berbisnis kursus masak untuk
anak-anak. Ketika bertugas di area Kids Club di hotel tempat ia bekerja,
Fuji melihat semaraknya anak-anak mengikuti kegiatan cooking class.
“Namun, waktu itu, yang ikut adalah anak-anak ekspatriat. Nah, saya
ingin anak-anak Indonesia pun bisa seperti mereka: kreatif, mandiri, dan
ekspresif,” jelas dia.
Sedikit berbeda dengan Koki Kecilku, Dapur Anak memasang target siswa
anak-anak mulai dari usia 6 tahun hingga 13 tahun. Selain kelas anak,
mereka juga menyediakan kelas bagi remaja yang berusia 13 tahun hingga
15 tahun. “Khusus kelas ini mempelajari teknik masak tertentu,” jelas
dia.
Biaya untuk mengikuti paket kursus Dapur Anak berkisar Rp 1 juta
hingga Rp 1,2 juta. Paket kelas masak ini terdiri dari empat kali
pertemuan dengan tiga menu, mulai appetizer, main course, dan dessert atau snack meals. Dalam setiap paket, siswa mendapatkan seragam, sertifikat, member card dan menu binder.
Jika tidak ingin tergabung dalam paket, Dapur Anak juga menawarkan
program satu hari. Namun, di sini, peserta tak mendapatkan sertifikat,
menu dalam binder dan seragam.
Jumlah siswa yang mengikuti kelas Dapur Anak berkisar 25 anak hingga
40 anak setiap bulannya. “Rata-rata anak didik kami, sekitar 60%, akan
mengikuti kelas yang berikutnya,” kata Fuji. Saban bulan, Dapur Anak pun
bisa mengumpulkan omzet Rp 20 juta hingga Rp 30 juta dengan margin
keuntungan hingga 40%.
Apakah Anda tertarik untuk membangun bisnis serupa? Fuji menyebutkan,
bisnis kursus masak ini menyimpan prospek bagus seiring perubahan
pemikiran orangtua terhadap pentingnya kegiatan yang menyenangkan bagi
pertumbuhan buah hatinya. Bisnis ini juga terbantu oleh tren media di
sini menyiarkan cooking show.
Senada, Joyce pun mengatakan, banyak permintaan untuk pembukaan Koki
Kecilku dari kota-kota besar di Indonesia. “Mereka minta kami buka
cabang atau waralaba,” ujar dia.
Tertarik anak-anak
Satu modal penting bagi Anda yang tertarik untuk membuka kursus masak
anak-anak ini adalah memiliki ketertarikan dan kesabaran terhadap
anak-anak. Maklum, dalam melakukan kegiatan, anak-anak masih lekat
dengan mood. “Jadi, harus punya passion karena kendalanya
adalah mood anak-anak. Seringkali mereka kurang bersemangat hanya karena
sedang mengantuk,” jelas Joyce.
Setelah itu, tentu Anda harus memiliki dapur sebagai tempat
penyelenggaraan kursus. Pembangunan dapur ini juga sebaiknya sesuai
dengan anak-anak, baik dari kenyamanan ruangan maupun peralatannya.
Untuk menghemat modal, Anda juga bisa menyewa ruangan sebagai dapur.
Seperti Dapur Anak yang pada awalnya menyewa sebuah ruangan. “Pada
dasarnya kami menyewa kelas, lalu melakukan kegiatan ini bekerjasama
dengan tempat yang berkaitan dengan food and beverage, seperti restoran
dan tempat bermain anak-anak,” jelas Fuji.
Untuk peralatan memasaknya, faktor keamanan menjadi pertimbangan
utama. Seperti penggunaan kompor listrik (induksi) untuk menghindari api
dan panas. Alat pemotong, seperti pisau dan gunting, juga disesuaikan
dengan kebutuhan dan kenyamanan anak-anak. “Biasanya kami memakai pisau
khusus, berbahan plastik yang tidak tajam dan food grade,” kata Joyce. Pemilihan alat memasak yang berwarna ceria juga menjadi pertimbangan untuk meningkatkan minat anak.
Pembelian peralatan dan perlengkapan untuk dapur ini menjadi
pengeluaran terbesar dari modal. Sebab, bukan cuma peralatan yang
dipakai oleh anak-anak, pemilik kursus masak juga harus melengkapi
dapurnya dengan perkakas lain, seperti blender, oven, mixer. Selain itu, dapur harus memiliki kulkas, tempat menyimpan berbagai bahan masakan.
Fuji menaksir, modal untuk membangun usaha ini bisa mencapai Rp 300
juta. “Tentu saja, besar kecil modal ini bisa disesuaikan dengan pilihan
kenyamanan kelas dan ukuran ruangan,” terang dia. Sementara itu, Joyce
mengakui, pengeluaran terbesarnya ketika merintis bisnis adalah untuk
membeli perkakas dan peralatan.
Biarpun kursus ini menjadi bagian aktivitas yang menyenangkan, bukan
berarti meniadakan konsep yang matang. Untuk menarik minat orangtua,
sebaiknya Anda menyiapkan kurikulum atau program semenarik mungkin.
Berdasar pengalaman Joyce, banyak orangtua tertarik pada Koki Kecilku
setelah melihat kurikulum yang ditawarkan. Tak main-main, kurikulum
Koki Kecilku disusun oleh profesional spesialis edukasi.
Selain itu, kreativitas juga dibutuhkan untuk menemukan menu-menu
masakan baru. Maklum, menu-menu masakan dalam setiap paket selalu
berbeda. “Menu kami tidak berulang, berbeda setiap tahunnya,” kata
Joyce. Sebaiknya, Anda juga menggunakan bahan-bahan makanan yang aman
untuk anak-anak, misalnya, tanpa MSG atau pengawet.
Karena menggunakan bahan-bahan makanan yang berkualitas baik, biaya
kursus masak lebih tinggi daripada kursus lainnya. “Ini menjadi kendala,
apalagi jika bahan-bahan makanan ini mengalami kenaikan harga,’ kata
Fuji.
Sebagai pendamping, Anda juga harus menyeleksi para instruktur untuk
kursus masak anak-anak. Pertimbangan utama dalam memilih instruktur
adalah menilai tingkat ketertarikan dan kesabaran mereka saat menghadapi
anak-anak. Joyce bilang, untuk bisa memberi perhatian terhadap anak
secara maksimal, dia memilih mereka yang bergelar sarjana psikologi
sebagai instruktur.
Setelah semuanya siap, Anda pun bisa mulai ke tahap promosi. Selain
memperkenalkan melalui website, Anda juga bisa mengikuti beberapa acara.
“Saat berdiri, Dapur Anak rajin mengikuti acara di aneka perusahaan dan
sekolah untuk memperkenalkan program kami,” kata Fuji.
Anda gemar masak dan suka anak-anak? Tunggu apa lagi?
Edukasi pasar dengan rajin menggelar acara
Di Indonesia, kursus memasak memang belum sepopuler kursus-kursus
yang menggali minat dan keterampilan anak-anak lainnya. Ambil contoh,
kursus di bidang musik atau kursus olah tubuh, seperti menari dan balet.
Alhasil, kursus memasak seringkali banyak diminati hanya pada saat-saat
libur sekolah, sebagai pengisi kegiatan anak di waktu luang.
Hal itu terlihat dari ramainya peserta yang mendaftar ketika liburan
tiba. Bahkan, Joyce Thedjasurya, pemilik Koki Kecilku, bilang, peserta
kursus bisa berlipat hingga dua kalinya pada masa-masa liburan sekolah.
Itu sebabnya, dia kerap menambah frekuensi penyelenggaran kursus memasak
menyambut liburan. “Bahkan, kami juga pernah menolak calon peserta
karena sudah tidak ada tempat lagi,” kata Joyce. Maklum, dia membatasi
peserta tiap kelas hingga 10 anak.
Kondisi ini jelas berbeda di luar negeri. Fuji Astuty, pemilik Dapur
Anak, bilang, di luar negeri program seperti ini sudah sejajar dengan
kursus-kursus lainnya. Menengok pengalamannya, pada awalnya program
memasak ini sangat sulit diterima orangtua. “Rata-rata peminatnya adalah
sekolah yang berbasis
internasional, karena dalam program mereka,
program cooking class adalah salah satunya,” jelas dia.
Oleh karena itu, penting bagi pemain bisnis ini untuk terus
mengedukasi pasar. “Orangtua yang perlu tahu program memasak adalah
penting untuk anak ke depan, mengingat memasak adalah bagian dari
kemandirian manusia. Jadi, ada baiknya mengkomunikasikan bahwa kursus
masak ini harus berkesinambungan dalam praktiknya,” kata Fuji.
Salah satu caranya, yakni dengan rajin menyelenggarakan event
memasak. Selain untuk memperkenalkan kepada anak bahwa memasak itu
adalah mudah dan menyenangkan, melalui event Anda juga bisa
memperkenalkan program-program dalam kursus memasak. “Di event itu, kita bisa mengundang anggota untuk mengikut lomba,” tutur Joyce.
Penyelenggaraan event bisa dilakukan dengan kerjasama perusahaan
produk bahan makanan. Semisal, produk cokelat, sereal, dan lainnya. Di
luar itu, untuk menggenjot pemasukan, Anda juga bisa berkreasi dengan
menawarkan aktivitas memasak pada acara ulangtahun, acara kumpul-kumpul
karyawan perusahaan, maupun peluncuran produk.
0 komentar:
Posting Komentar