Bank Indonesia (BI) memperkirakan ekonomi Indonesia akan melambat di
kisaran 5,1 persen-5,5 persen sampai akhir 2014. Pemulihan baru akan
terjadi tahun depan dengan proyeksi peningkatan ke kisaran 5,4
persen-5,8 persen.
"Seiring dengan masih lemahnya permintaan
global, pertumbuhan ekonomi domestik masih dalam kecenderungan
melambat," ujar Gubernur BI Agus D.W. Martowardojo di kantornya, Kamis
(13/11).
Sampai dengan kuartal III 2014, Agus mengatakan konsumsi
masih menjadi penopang pertumbuhan ekonomi, baik konsumsi swasta maupun
belanja pemerintah. Sementara itu, kegiatan investasi, khususnya
investasi di sektor riil masih lemah.
"Dari sisi eksternal, kinerja ekspor masih mengalami kontraksi, terutama akibat melemahnya rkspor komoditas primer," katanya.
Hal
ini menurutnya tercermin dari pertumbuhan ekonomi regional yang tidak
merata. Sumber perlambatan disebabkan oleh melemahnya pertumbuhan
ekonomi Sumatera sebagai wilayah pengekspor komoditas.
"Sementara
pertumbuhan ekonomi kawasan timur Indonesia meningkat sejalan dengan
kembali diekspornya mineral dan pertumbuhan kawasan Jawa relatif tinggi
dengan membaiknya ekspor manufaktur," jelas Agus.
Cadangan Devisa Naik
Kinerja
neraca pembayaran Indonesia (NPI) relatif membaik pada kuartal III 2014
seiring dengan menyempitnya defisit transaksi berjalan menjadi US$ 6,83
miliar. Sebagai informasi, defisit transaksi berjalan kuartal
sebelumnya tercatat sebesar US$ 8,68 miliar, sedangkan pada kuartal III
2013 sebesar US$ 8,63 miliar.
"Dengan perkembangan tersebut,
cadangan devisa Indonesia meningkat menjadi US$ 112 miliar atau setara
dengan 6,6 bulan impor atau 6,4 bulan impor dan pembayaran utang luar
negeri pemerintah," ujar Deputi Gubernur BI Perry Warjiyo.
Ke
depan, Perry optimistis defisit transaksi berjalan akan membaik seiring
dengan meningkatnya ekspor manufaktur dan mineral, serta terkendalinya
impor migas.
Terkait rupiah, Deputi Gubernur Senior BI Mirza
Adityaswara menjelaskan pelemahan yang terjadi saat ini lebih banyak
karena sentimen global. Pada kuartal III 2014, rupiah rata-rata melemah
1,2 persen dibandingkan triwulan sebelumnya ke level Rp 11.770 per dolar
Amerika Serikat.
"Antisipasi kenaikan suku bunga The Fed ini yang membuat berbagai mata uang dunia melemah," jelas Mirza.
Namun,
lanjut Mirza, jika dibandingkan dengan posisi Rupiah pada akhir tahun
lalu, sebenarnya kurs stabil di kisaran Rp 12.000.
Kamis, 13 November 2014
Home »
Berita Ekonomi
» BI: 2014 Ekonomi Tumbuh Maksimal 5,5 Persen
BI: 2014 Ekonomi Tumbuh Maksimal 5,5 Persen


0 komentar:
Posting Komentar