Daun bawang (Allium fistulosum L. N) termasuk jenis sayuran yang
populer di negeri ini. Kegunaannya banyak dipakai sebagai bahan
pelengkap sebuah masakan. Di samping itu, daun bawang juga sering
dipakai buat pengobatan suatu penyakit. Dari segi kesehatan, jenis
sayuran dari kelompok bawang ini dipercaya mampu peningkatan kesehatan
kulit, rambut, dan pencernaan.
Karena kegunaannya tersebut, permintaan daun bawang di masyarakat
terus meningkat. Salah satu petani yang menekuni usaha budidaya daun
bawang adalah Paulus Wiliam di Minahasa Selatan, Sulawesi Utara.
Ia sudah menanam daun bawang sejak tahun 2009 lalu. Paulus
membudidayakan daun bawang di lahan seluas dua hektare (ha). Lahan
pertanian ini memang cocok buat mengembangkan sayuran karena berada di
daerah dataran tinggi, yakni 900 meter di atas permukaan laut.
Dari lahan dua ha tersebut, yang ditanamai daun bawang hanya 0,5 ha.
Selebihnya ditanami sayuran lain. Paulus mengaku tertarik menanam daun
bawang karena permintaannya tinggi. Selain itu, panen daun bawang juga
cepat. Tanaman ini sudah bisa dipanen dalam waktu 2,5 bulan sejak
ditanam.
Kata Paulus, lahan 0,5 ha itu bisa menghasilkan 5 ton daun bawang
sekali panen. "Jika tidak ada hama bisa sampai 6,5 ton," katanya. Karena
permintaannya tinggi, ia mengaku hasil panennya selalu habis diserap
pasar. Paulus menjual daun bawang per bal. Satu bal terdiri dari 10 ikat
yang dihargai Rp 12.000.
Sekali panen ia bisa mengantongi omzet Rp 25 juta. Selain dari hasil
panen sendiri, omnzet itu didapat dari jual beli daun bawang. Maklum,
selain petani, Paulus juga pedagang pengumpul (pengepul). Ia memasarkan
daun bawangnya ke berbagai daerah di Indonesia timur.
Petani lain yang membudidayakan tanaman ini adalah Setiawan, asal
Lamongan, Jawa Timur. Ia sudah membudidayakan tanaman ini sejak 2008.
Menurutnya , budidyaa daun bawang sangat mudah dan menguntungkan.
"Permintaannya lumayan banyak," katanya.
Ia hanya mengembangkan daun bawang di lahan seluas 500 meter persegi
(m²). Modal buat menanam daun bawang hanya habis Rp 500.000 buat membeli
bibit. Biaya perawatan juga murah karena tidak memerlukan pupuk dalam
jumlah banyak.
Sementara hasilnya bisa mencapai jutaan rupiah sekali panen. Dalam
setahun ia bisa enam kali panen. Sekali panen bisa menghasilkan sekitar
dua mobil bak terbuka, atau jika ditimbang bisa mencapai 100 kilogram
(kg)–150 kg. Setiap 1 kg dihargai hingga Rp 13.000. "Omzet setiap panen
mencapai Rp 2 juta," ujarnya.
0 komentar:
Posting Komentar